Wahyu Okta, seorang guru di SMP 28 Purworejo
Jawa Tengah, menyampaikan pandangannya mengenai kurikulum yang akan datang. Ia menekankan pentingnya agar pembelajaran tetap berfokus pada siswa tanpa menciptakan sistem yang rumit bagi para guru.
«Baik melanjutkan Kurikulum Merdeka maupun tidak, yang terpenting adalah apapun namanya, bisa membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran tanpa sistem yang ‘ribet’, terutama bagi guru-guru yang sudah lanjut usia,» ujarnya.
Sebagai guru honorer di sekolah swasta, ia berharap agar perhatian terhadap nasib guru honorer di sekolah swasta bisa ditingkatkan, khususnya terkait dengan pengangkatan menjadi ASN di sekolah negeri atau penempatan sebagai ASN di sekolah swasta.
«Semoga kedepannya para menteri yang terhormat lebih memperhatikan guru honorer, terutama yang mengabdi di sekolah swasta, untuk pemerataan jumlah guru. Jangan sampai kondisi saat ini berlanjut, di mana guru ASN di sekolah negeri menumpuk sementara sekolah swasta kekurangan tenaga pengajar,» harapnya.
Ketika ditanya mengenai harapannya untuk menteri pendidikan yang baru, ia menyatakan, «Tidak perlu ada penggantian kurikulum atau perubahan nama yang tidak membawa perubahan esensial. Fokuslah pada penyelesaian masalah-masalah mendasar yang telah ada sejak lama, seperti nasib guru honorer, pemerataan sarana dan prasarana, peningkatan kompetensi guru, serta penyusunan buku bacaan yang lebih baik.»
Sebagai guru muda, ia merasa bahwa sistem asesmen bagi siswa perlu diterapkan untuk memotivasi belajar. Ia juga menyoroti perlunya kajian serius https://imigrasitanjungpinang.com/ terhadap sistem yang mewajibkan siswa untuk selalu naik kelas, mengingat masih banyak siswa yang belum mampu membaca dan menulis dengan baik meski telah sampai ke tingkat SMP.
«Jangan buat peraturan yang mewajibkan guru untuk selalu meluluskan atau menaikkan siswa jika kemampuan mereka belum memenuhi standar minimum. Misalnya, ada siswa yang tidak bisa membaca dan menulis sama sekali tapi sudah naik hingga SMP,» jelasnya.
Ia juga menyoroti berbagai isu terkait posisi guru di sekolah, seperti:
— Perlunya peraturan yang melindungi guru, karena profesi ini semakin dipermainkan oleh orang tua murid atau pihak tertentu.
— Jangan membebani guru dengan administrasi yang berlebihan, yang sebenarnya hanya formalitas.
— Hindari pemisahan yang mencolok antara sekolah negeri dan swasta, baik dalam fasilitas maupun lainnya. Semua sekolah, baik di perkotaan, pedesaan, maupun daerah terpencil, seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama.
— Berikan semua guru kesempatan untuk mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi, tanpa menunggu batasan usia pengabdian.
«Jangan langsung membuat program tanpa terlebih dahulu memahami kondisi di lapangan,» pesanannya untuk menteri pendidikan yang baru.